Sebagai
hadiah menyambut Tahun Baru Hijriyyah 1 Muharram 1430 H. Sebagai bentuk rasa
solidaritas kepada saudara-saudara seiman di Gaza Palestina. Sebagai ungkap
rasa cinta kepada sesama Muslim, dimanapun mereka berada.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Duta
Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi, dalam wawancara dengan TVOne
mengatakan, bahwa serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember lalu, adalah
serangan ilegal yang telah terjadi selama puluhan tahun. Dalam ulasan berita di
MetroTV disebutkan, serangan Israel kali ini merupakan kejadian paling buruk
sejak 60 tahun terakhir (sejak Israel berdiri tahun 1948).
Para
mahasiswa Arab mempertanyakan posisi Liga Arab yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Dunia internasional, termasuk negara-negara Eropa mengutuk keras serangan
Israel ke Gaza ,tetapi pihak yang dikutuk terus melancarkan serangan. Bahkan
Israel telah menyiapkan tank-tank dan pasukan cadangan sekitar 6500 orang.
Targetnya jelas, seperti kata Ehud Barak, yaitu menggulingkan Hamas.
Masalah
konflik Palestina-Israel bukanlah konflik satu bangsa dengan bangsa lain. Ia adalah konflik peradaban yang
usianya sangat tua. Disana terbentang benang merah panjang, sejak konflik
antara Nabi Muhammad shallallah 'alaihi wa sallam dengan kaum Yahudi di Madinah,
konflik antara Yahudi dan Romawi, konflik antara Yahudi dengan negara-negara
Eropa, konflik antara Musa dengan Fir'aun, bahkan konflik antara Yusuf
'alaihissalam dengan saudara-saudaranya. Ujung-ujungnya adalah konflik abadi antara
Allah Ta'ala dengan iblis laknatullah 'alaih.
Kalau
memahami konflik ini hanya secara lokal dan temporer, yakinlah Anda akan
tersesat dalam frustasi.
Kondisi Ummat Islam di jaman modern yang penuh kesulitan dan derita, merupakan
bagian dari konflik ini.
Yahudi
sendiri adalah bangsa "terkuat di dunia", dalam arti: merekalah
satu-satunya ras manusia yang berani konfrontatif melawan kehendak Allah
Ta'ala.
Sejarah
Kebangkitan Yahudi
Ketika
melihat konflik Palestina-Israel, kita perlu merunut kembali catatan-catatan
perjalanan sejarah di masa lalu. Disana kita akan menemukan bahan-bahan untuk
memahami peta konflik ini secara utuh. Jika tidak demikian, maka kita hanya
akan "konsumen terbaik" berita-berita media massa seputar konflik ini.
Bayangkan semua ini sudah dimulai sejak era Perang Arab, pembakaran Masjid
Aqsha, tragedi Sabra Satila, Intifadhah akhir 80-an, tragedi Al Khalil Hebron,
penembakan Muhammad Ad Durrah, pembunuhan Syaikh Ahmad Yasin dan Abdul Aziz
Rantisi, dll. sampai serangan Israel saat ini. Dan rata-rata model peristiwanya
serupa, hanya berbeda waktu dan para pelakunya saja.
Mari
kita runut latar-belakang historis fitnah Yahudi di dunia, dengan memohon
petunjuk dan pertolongan Allah Ta'ala:
[1]
Bani Israil pada dasarnya masih keturunan Ibrahim 'alaihissalam. Ibrahim
memiliki dua anak, Ismail dan Ishaq 'alaihimassalam. Ismail nanti
menurunkan keturunan bangsa Arab Adnani, lalu Ishaq mempunyai anak Ya'qub
'alaihissalam. Nah, Ya'qub inilah yang kemudian disebut Israil, sehingga
anak-anak Ya'qub di kemudian hari disebut Bani Israil.
[2]
Saat berbicara tentang Bani Israil, perhatian kita segera tertuju kepada
anak-anak Ya'qub. Mereka adalah Yusuf 'alaihissalam, Benyamin, dan 11 saudara
Yusuf. Semuanya berjumlah 13 orang; sama jumlahnya dengan matahari, bulan,
dan 11 bintang yang terlihat dalam mimpi Yusuf sedang bersujud kepadanya.
Karena itu angka 13 merupakan "angka keramat" bagi Yahudi sampai saat
ini. Banyak logo-logo perusahaan top dunia dibuat dari karakter 13 ini.
[3]
Secara umum, Bani Israil itu mewarisi dua sifat besar, yaitu: sifat
keshalihan dan sifat durjana. Sifat keshalihan diturunkan dari garis Yusuf
'alaihissalam. Sedangkan sifat durhaka diturunkan dari sifat saudara-saudara
Yusuf (seayah berbeda ibu). Disana sudah tampak bakat-bakat kelicikan,
dengki, kebohongan, dan sebagainya. Tetapi itu sebatas potensi, bukan
kemutlakan takdir. Apalagi, di akhir hayat Ya'qub, seluruh anak-anaknya
tunduk dalam agama tauhid. (Al Baqarah: 133). Saat berbicara tentang Bani
Israil, sebagian orang sangat shalih dan sebagian sangat durhaka. Namun setelah
kedatangan Islam, Bani Israil tidak diperkenankan lagi mengikuti agama selain
Islam. Jika mereka tidak masuk Islam, dianggap durhaka seluruhnya, tidak ada
toleransi sedikit pun. (Ali Imran: 85).
[4]
Perjalanan sejarah Bani Israil dimulai ketika Yusuf 'alaihissalam bersentuhan
dengan peradaban Mesir. Waktu itu atas jasa Yusuf membantu bangsa Mesir, mereka
diberi lahan luas oleh penguasa Mesir di wilayah Kan'an. Disana Ya'qub dan
anak-keturunannya mulai membangun kehidupan. Mereka memilih tinggal di Kan'an
sebab dekat dengan Mesir yang makmur, sedang di tempat asalnya sering dilanda
paceklik. Waktu itu anak keturunan Ya'qub sangat dihormati penguasa Mesir.
Entah bagaimana mulanya, hubungan bangsa Mesir dengan anak-keturunan Ya'qub
lama-lama menjadi buruk. Alih-alih Mesir akan menghargai jasa-jasa Yusuf di
masa lalu, mereka malah menjadikan Bani Israil sebagai budak-budak. Setelah
ditinggal oleh Ya'qub dan Yusuf, nasib Bani Israil menjadi bulan-bulanan bangsa
Mesir. Hal itu bisa terjadi karena sifat buruk Bani Israil sendiri atau sifat
menindas bangsa Mesir. Tetapi kalau mencermati sikap penguasa Mesir yang
bersikap sportif kepada Yusuf, kemungkinan hal itu karena sifat Bani Israil
sendiri.
[5]
Era perbudakan Bani Israil di Mesir sangat mengkhawatirkan. Bukan saja karena
perbudakan itu kejam, tetapi ia bisa menghancurkan karakter sebuah bangsa (Bani
Israil). Bayangkan, selama ratusan tahun mereka tertindas oleh sistem tirani di
Mesir. Bani Israil diberi anugerah berupa bakat-bakat kecerdasan besar, dan
manakala bakat itu dibesarkan di bawah sistem perbudakan, ia bisa melahirkan
penyimpangan mental dan pemikiran luar biasa. Oleh karena itu Allah Ta'ala
mendatangkan Musa dan Harun 'alaihimassalam untuk menyelamatkan Bani Israil.
Misi dakwah Musa bukan untuk mengislamkan Fir'aun dan rakyatnya, tetapi untuk
menyelamatkan Bani Israil dari penindasan Fir'aun. Dalam Al Qur'an: Dan Musa
berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari
Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah,
kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang
nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku." (Al
A'raaf: 104-105).
Musa
tidak pernah diperintahkan untuk memerangi Fir'aun, tetapi membawa Bani Israil
tinggal di Palestina (waktu itu namanya bukan Palestina). [Perlu dicatat juga,
Fir'aun (Pharaoh) adalah gelar raja-raja Mesir, bukan nama seseorang. Sedangkan
Fir'aun yang tenggelam di Laut Merah bukanlah Fir'aun yang memangku Musa di
waktu kecil, lalu direnggut janggutnya oleh Musa. Fir'aun dalam Al Qur'an lebih
mencerminkan tabiat kekuasaan tiranik, bukan sekedar pribadi].
[6]
Musa berhasil membawa Bani Israil keluar dari Mesir, Fir'aun dan bala
tentaranya tenggelam di Laut Merah. Lalu mereka menetap di Ardhul Muqaddas
(Palestina) setelah berhasil mengalahkan kaum Jabbarin di dalamnya. (Al
Maa'idah: 20-26). Ini adalah peradaban mandiri Bani Israil kedua setelah
era Ya'qub dan Yusuf di wilayah Kan'aan. Musa dan Harun mendampingi Bani Israil
sampai saat mereka wafat. Ketika Musa masih hidup, Bani Israil tidak
henti-hentinya menguji kesabaran Musa 'alaihissalam. Betapa banyak kasus-kasus
kedurjanaan Bani Israil, sekalipun di hadapan Nabinya sendiri, Musa dan Harun.
Di antaranya :
-
Mereka menyuruh Musa dan Allah berperang di Palestina, sedang mereka mau
duduk-duduk saja;
-
Mereka meminta Musa agar membuatkan berhala untuk disembah seperti suatu kaum
tertentu; mereka mengikuti Samiri, menyembah patung anak lembu dari emas;
-
Mereka hendak membunuh Harun 'alaihissalam karena selalu menasehati mereka;
-
Mereka hampir tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih sapi betina,
karena terlalu banyak bertanya;
-
Mereka bosan makan Manna wa Salwa dan meminta bawang, mentimun, kacang adas;
dan lain-lain.
Begitu
sabarnya Musa, sehingga Nabi shallallah 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
"Semoga Allah merahmati Musa, karena dia telah diganggu lebih banyak dari
ini (ujian yang menimpa Nabi), tetapi dia tetap sabar." (HR.
Bukhari-Muslim).
Sangat mengagumkan kalau melihat ketabahan perjuangan Musa 'alaihissalam. Di
dalamnya terdapat sangat banyak inspirasi untuk menghadapi konspirasi global
seperti saat ini. Orang-orang Yahudi di jaman sekarang mengklaim mencintai
Musa, padahal di era nenek-moyang mereka, Musa benar-benar mereka sia-siakan.
Musa itu lebih dekat kepada kita (kaum Muslimin), daripada Yahudi laknatullah
itu.
[7]
Saya menyangka, sifat-sifat durjana kaum Yahudi merupakan kristalisasi dari sifat-sifat
buruk mereka selama ribuan tahun,
-
Sejak perilaku saudara-saudara Yusuf 'alaihissalam,
-
Masa perbudakan di Mesir, kedurhakaan mereka kepada Musa, Dawud, Sulaiman,
Zakariya, Yahya, Isa, dan Nabi-nabi lainnya 'alaihimussalam.
-
Bahkan kedurhakaan mereka di hadapan Nabi shallallah 'alaihi wa sallam di
Madinah. Dalam Al Qur'an disebutkan sebuah ayat yang terasa bagai petir
menimpa muka kaum Yahudi: "Lalu ditimpahkanlah kepada mereka (kaum durjana
Bani Israil) nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah.
Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para Nabi secara tidak hak. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat
durhaka dan melampaui batas." (Al Baqarah: 61).
0 Response to "Akar Konflik Palestina-Israel"
Post a Comment